Pedagang pasar yang memiliki beragam karakter kadangkala menjadi salah satu kendala saat ditertibkan. Penolakan bahkan perlawan sering ditunjukkan para pedagang ketika hendak ditertibkan. Kondisi ini juga dialami Kepala Pasar Sentral Parigi, Zakir dan jajarannya ketika menertibkan pedagang di Pasar baru itu.
Namun menertibkan pedagang yang beragam karakter menjadi sebuah tantangan bagi Zakir yang belum lama menjabat Kepala Pasar Sentral ini. Saat menertibkan pedagang yang menempati Los, Zakir tidak menemui kendala yang berarti.

Hampir semua pedagang barang campuran yang menempati Los, dapat mengikuti dan memahami arahannya. Los yang sebelumnya banyak menggunakan tenda, diminta menata kembali Losnya dengan mengganti tenda-tenda itu dengan atap seng. Meski harus memakan biaya yang tidak sedikit saat mengganti tenda-tenda itu dengan seng, sangat jarang terdengar ada keluhan dari para pedagang di Los ini. Alhasil, los-los yang sebelumnya terlihat semrawut dan tak beraturan bahkan rawan kebakaran, kini tertata rapi setelah dipasangi atap seng. Bukan hanya los, secara keseluruhan, Pasar Sentral Parigi mulai terlihat rapi. Tali-tali maupun tenda yang sebelumnya banyak terlihat bergantungan dan merusak pemandangan, kini tak ada lagi. Pedagang maupun pembeli juga sudah terlihat nyaman dengan kondisi itu.
Nah, Zakir dan jajarannya banyak menemui kendala yang cukup berat saat mengatasi para pedagang sayur-sayuran dan pedagang ikan, terutama di pagi hari. Zakir terlihat ekstra kerja keras untuk mengatasi para pedagang ini. Sebab, beberapa kali diminta agar tidak menjual ditempat-tempat yang dapat mengganggu pembeli yang datang ke pasar itu, para pedagang ini tetap saja datang dan menempatinya. Lantas apa yang dilakukannya agar para pedagang ini tidak menjual ditempat-tempat ‘terlarang’?. Ternyata Zakir punya cara unik untuk mengatasinya. Caranya, Zakir setiap pagi melakukan patroli keliling pasar untuk menertibkan pedagang.
Ia memanfaatkan suaranya yang memang terdengar lantang untuk meneriaki pedagang yang masih ‘bandel’ untuk tidak menjual ditempat-tempat ‘terlarang’. Bukan hanya suaranya, tapi Zakir juga mengandalkan suara knalpot dan klakson motornya yang terdengar bising untuk menertibkan pedagang. Tak heran bila sudah mendengar suara knalpot dan klakson motor yang keras, para pedagang sudah mengetahui bahwa Kepala Pasar, Muzakir sudah datang. Mendengar knalpot dan klakson yang dibunyikan, mereka bergegas meningglkan tempatnya dan berlarian mencari tempat ‘aman’.
“Awas-awas, kepala pasar datang. Cepat-cepat jo, daripada mo dapa veto (marah) kepala pasar nanti’. Kata-kata ini sering terlontar dari mulut pedagang sayur maupun pedagang ikan bila mendengar suara motor dan knalpot milik Muzakir yang nyaris menyerupai suara klakson mobil truk besar. Pada awalnya, para pedagang ini tak menghiraukan teriakan dan suara knalpot dan klakson sang kepala pasar. Mereka tetap saja datang dan menempati lokasi yang tidak diizinkan berdagang. Tapi Zakir juga tidak putus asa. Ia setiap hari juga datang memarahi pedagang ‘bandel’ dan membunyikan suara knalpot dan klakson motornya dalam waktu yang cukup lama. Ternyata, secara perlahan, para pedagang ini, mungkin sudah mulai malu atau jenuh dimarahi dan bosan mendengarkan suara knalpot dan klakson motor yang dibunyikan, secara perlahan tidak lagi menempati lokasi yang dilarang berjualan. Sebagian mereka sudha menyadari bahwa apa yang dilakukan sang kepala pasar tujuannya baik, yaitu para pedagang di pasar sentral bisa tertib dan tertata rapi, sehingga aktivitas jual beli dapat berjalan lancar dan nyaman.
Apa yang dilakukan Muzakir selaku Kepala Pasar mendapat apresiasi positif dari sebagian warga maupun pedagang.
“Tujuannya kepala pasar itu baik, supaya pasar ini tertata bagus,” kata Bambang, salah seorang pedagang setempat.
Demikian halnya Rizal, warga Desa Bambalemo juga menilai positif langkah Muzakir dalam melakukan penertiban.
“Hasilnya kan bagus. Meski caranya terkesan sangat tegas, tapi hasilnya pedagang jadi tertata rapi, pasar juga terlihat lebih baik dari sebelumnya,” ujar Rizal.
***