PARIGI MOUTONG – Kepala Dinas Tanaman Pangan Holtikultura dan Pertanian (TPHP) Parigi Moutong, Nelson Metubun menyebutkan, perkebunan kakao milik kabupaten ini memiliki luasan terbesar di Indonesia dengan luasan mencapai 69 ribu hektar.
“Ini hal yang belum kita ekspos sebelumnya, dengan tergabungnya Dinas TPHP ini, salah satu subsektor yang kami diandalkan kedepannya yaitu sektor perkebunan,” ujar Nelson kepada Songulara, baru-baru ini.
Namun, diungkapkannya kendala utama Parigi Moutong di sektor perkebunan khusunya tanaman kakao itu terdapat beberapa poin. Pertama, walaupun daerah ini yang terluas di Indonesia, namun dari segi produksi dan produktivitas kakao sudah mengalami penurunan yang luar biasa.
Kemudian, pada tanaman kakao tersebut juga terjadi serangan hama besar-besaran, sehingga pihaknya kesulitan melakukan pencegahan. Selain itu, pasca kedatangan Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Watimpres) yang dipimpin Mayjen TNI (Purn) I.G.K Manila, yang khusus datang di Parigi Moutong untuk meninjau perkebunan kakao disejumlah tempat beberapa waktu lalu, persoalan utamanya adalah umur tanaman yang sudah tua.
“Tanaman kakao di Parigi Moutong ditanam sejak tahun 80an akhir. Kalau kita hitung, sekitar 35 tahun, sedangkan 30 sampai 35 tahun secara umur pertanaman itu sudah sangat tua. jadi 69 ribu hektar dengan umur tanaman 30 samapai 35 tahun itu penurunannya hampir 60 persen,” terang Nelson.
Sehingga, pihak TPHP hanya membackup program nasional yang dulu bergerak disektor kakao yakni Gernas Kakao. Karena ditahun ini juga dinas tersebut hanya medapatkan alokasi rehabilitasi dan peremajaan kakao masih di bawah standar.
“200 sampai 400 hektar pertahun, dengan luasan 69 ribu hektar itu dianggap kecil. Olehnya, pada saat kunjungan Mentri barusan di Kecamatan Kasimbar, kami memasukkan poin peremajaan kakao secara besar-besaran di Parigi Moutong, sebagai proposal untuk program tahun depan,”.
Selain kakao, Parigi Moutong juga memiliki perkebunan kelapa dalam yang saat ini memiliki luasan 26 ribu hektar dengan potensi hasil 8 ribu butir. Kedepannya, Dinas TPHP juga akan konsentrasi di sektor perkebunan tersebut. Sebab saat ini harga dari kelapa tersebut terbilang anjlok.
“Jika sudah membaik, kita memiliki potensi yang luar biasa. Karena kelapa ini memiliki turunan asli dari daun hingga akarnya itu bisa kita kembangkan. Ratusan jenis produk turunan dari kelapa bisa kita kembangkan. Kedepan, setelah normal harganya kami berniat fokus di sektor perkebunanan ini,” imbuhnya.