Parigi Moutong – Innanilahi Wainnanilahi Rojiun, maut bisa datang kapan saja tanpa bisa ditolak. Dalam perjalanannya ke Kota Palu, Ketua Fraksi Hanura DPRD Kabupaten Parigi Moutong, Ladjim Enggo, mengalami kecelakaan yang mengakibatkan dirinya meninggal dunia. Kejadian naas tersebut terjadi Selasa (16/5), sekitar pukul 12.00 WITA.
Pria kelahiran Palasa, 9 Mei 1966 itu tutup usia diumur 52 tahun, beliau meninggalkan seorang istri dan tiga orang anak. Sebagai penghormatan terakhir kepada wakil rakyat, DPRD Kabupaten Parigi Moutong menggelar paripurna istimewa dan upacara pelepasan jenazah, yang dipimpin langsung Ketua DPRD Parigi Moutong, Santo SE, dihadiri Wakil Bupati Parigi Moutong, Badrun Nggai SE, sejumlah anggota DPRD Parigi Moutong, kepala OPD Parigi Moutong, dan ratusan warga.
Prosesi pelepasan jenazah diawali dengan penyerahan jenazah dari keluarga kepada Ketua DPRD Parigi Moutong, Santo SE selaku pimpinan upacara. Acara kemudian dilanjutkan dengan sambutan resmi Bupati Parigi Moutong, Samsurizal Tombolotutu, yang dibacakan Wakil Bupati Parigi Moutong Badrun Nggai SE.
“Kepergian almarhum menjadi duka mendalam. Selama menjabat sebagai anggota DPRD Parigi Moutong, almarhum merupakan figur terbaik dan sangat demokratis. Almarhum juga sosok yang sangat disiplin, ulet dan mempunyai tanggung jawab serta pengabdian yang tinggi terhadap berbagai tugas yang diemban,” ujar Badrun.
Selain itu, almarhun memiliki dedikasi yang tinggi, terbukti melalui Partai Hanura beliau berhasil menempuh jajaran elit politik di DPRD Kabupaten Parigi Moutong masa jabatan 2014-2019.
“saya atas nama pemerintah Kabupaten Parigi Moutong menyampaikan belasungkawa yang sedalam-dalamnya atas kepergian almarhum, semoga beliau mendapat tempat tertinggi di sisi ALLAH SWT serta dilampangkan kuburnya,” tuturnya.
Baik pemerintah, keluarga dan masyarakat Kabupaten Parigi Moutong sangat merasa kehilangan dengan kepergian almarhum, dan semoga keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan dan kekuatan iman dalam mengghadapi cobaan hidup, sebab kehidupan ini tidak ada yang kekal.
“Mati itu adalah satu pintu yang akan dihadapi oleh seluruh manusia,” katanya. FHARA