Parigi Moutong-Tiga hari pasca gempa bumi dan tsunami yang melanda sejumlah daerah di Propinsi Sulteng, bahan bakar minyak (BBM) masih langka, tak terkecuali di wilayah Kabupaten Parigi Moutong.
“Saya so antri dari jam 12 siang, tapi sampai sekarang saya belum juga dapat bensin,” kata Udin, warga Masigi, yang tengah mengantri di SPBU Kampal hingga pukul 2 dinihari, Selasa (2/10).
Meskipun terbilang lama, Udin mengaku siap menunggu sampai jerigen isi 5 liternya terisi penuh. Bensin yang ditungguinya itu akan dimanfaatkan sebagai bahan bakar generator rumah, dimana sejumlah keluarga dekat ikut mengungsi.
“Saya siap menunggu sampai pagi kalau perlu, karena saya butuh sekali,” kata Wandi, warga Poso yang mengaku akan berkendara ke Palu untuk memastikan kabar keluarganya yang hingga kini belum terdengar.
Dirinya mengaku tak tahu apabila kondisi bbm di Parigi sangat langka. Sebab untuk daerah Poso dan sekitarnya masih dalam kondisi terpenuhi.
“Kami juga belum bisa memastikan jam berapa pasokan akan masuk, kemungkinan paling lambat pagi ini,” kata salah satu petugas SPBU, yang meminta namanya tak dikabarkan.
Berdasarkan amatan langsung, ratusan warga dari sejumlah desa dan kelurahan di Kecamatan Parigi membanjiri spbu. Demikian pula dengan para pengendara yang menggunakan roda 2 dan 4 dari daerah lain.
Antrian panjang kendaraan baik roda 2 dan roda 4 pun tak terhindarkan. Bukan hanya kendaraan, antrian jerigen berbagai ukuran milik warga juga tak terhindarkan.
Menurut informasi yang dihimpun, kelangkaan bbm ini sudah terjadi sejak bencana gempa bumi yang terjadi pada tanggal 29 September 2018.
Kondisi kelangkaan bbm ini juga ternyata dimanfaatkan sejumlah oknum untuk meraup keuntungan. Tidak tanggung tanggung, harga 1 liter bensin dijual berkisar antara Rp25 hingga Rp50 ribu.
Mahalnya banderol “haram” bensin oleh oknum tak bertanggung jawab tidak menyurutkan sebagian warga untuk membeli dengan alasan sangat butuh.FAIZ