PARIGI MOUTONG – Saat ini di Kabupaten Parigi Moutong masih terdapat sekitar puluhan orang yang menderita HIV/AIDS, dan di tahun 2017 sudah memakan korban sebanyak dua orang meninggal dunia.
Hal itu dikatakan Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), Dinas Kesehatan (Dinkes) Parigi Moutong, Ellen L. Nelwan kepada Songulara, Rabu (7/2).
Banyaknya penderita HIV/AIDS di daerah ini memang mendapat perhatian serius dari pihak Dinas Kesahatan. Namun dalam penangannya bukan perkaara mudah. Alasannya menurut Ellen, kebanyakan penderita penyakit menular tersebut merasa malu untuk memeriksakan kesehatannya kepada petugas kesehatan. Makanya pihak kesehatan harus menggunakan metode persuasif untuk menangani pandemi infeksi ini karena dianggap lebih efektif.
Ellen menjelaskan, para penderita HIV/AIDS kebanyakan merasa tersisihkan dan putus asa, untuk memeriksakan kondisi kesehatannya pun mereka enggan karena malu penyakitnya di ketahui banyak orang.
Menurutnya, untuk pemeriksaan penyakit HIV/AIDS, terkadang harus berbohong. Sebab jika dikatakan kondisi sebenarnya, maka para penderita yang sudah mengetahui bahwa dirinya tertular, tidak mau lagi diperiksa.
“Jadi kami hanya mengatakan akan mengambil sampel darah untuk mengetahui penyakit kolestrol dan asam urat. Apabila kami katakan akan memeriksa penyakit HIV/AIDS, mereka tidak akan mau untuk diperiksa,” ujarnya.
Para penderita HIV/AIDS yang sudah diketahui, maka pihaknya kata Ellen, langsung mendatangi rumah penderita penyakit tersebut dan terus membujuk supaya mereka mau berobat agar bisa sembuh dari penyakitnya. Paling tidak, bisa membangkitkan kembali semangat hidup para penderita penyakit tersebut.
Lanjut Ellen menjelaskan, untuk pencegahan penularan penyakit tersebut, pihaknya telah melakukan himbauan kepada masyarakat agar tidak melakukan sex bebas, mengkonsumsi narkoba dan lainnya yang dapat menularkan penyakit tersebut serta melakukan pemeriksaan rutin di tempat-tempat yang berpotensi besar terhadap penularan penyakit HIV/AIDS.
“Saat ini, kita juga selalu melakukan pendekatan dan menggelar sosialisasi secara rutin, dengan harapan agar terbangun kesadaran, karena banyak penderita yang malu dan tidak memeriksakan diri,” ujarnya. IWAN TJ