PARIGI MOUTONG – Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Parigi Moutong secara resmi mengumumkan nominasi dan juara sayembara desain motif budaya khas daerah, Rabu (17/12), bertempat di Auditorium Kantor Bupati Parigi Moutong. Kegiatan tersebut dirangkaikan dengan launching motif khas Parigi Moutong sebagai upaya memperkuat identitas daerah sekaligus mendorong pengembangan ekonomi kreatif berbasis budaya lokal.
Sayembara desain motif ini sebelumnya dibuka secara terbuka oleh Dekranasda Parigi Moutong untuk menjaring karya yang merepresentasikan jati diri, kearifan lokal, serta nilai-nilai budaya masyarakat Parigi Moutong. Acara puncak sayembara mengusung tema “Menggali Motif Budaya Lokal dalam Ragam Warna Persatuan”.
Sekitar 40 peserta tercatat mendaftar dan mengikuti sayembara ini. Penilaian dilakukan secara profesional dengan memperhatikan ketajaman visual, kekuatan filosofi, serta ketepatan teknis desain.
Proses seleksi dilakukan secara ketat oleh tim juri yang terdiri atas Prof. Dr. Slamet Riyadi, Dr. Hasan, Dr. Alimuddin Laapo, Ir. Gator Timbang, Ruslan Husen, SH serta Fit, S.STP yang merupakan Kepala dinas Perindustrian dan Perdagangan. Dalam pelaksanaannya, Dekranasda Parigi Moutong juga melibatkan tokoh adat dari lima suku guna memastikan motif yang dihasilkan tidak keluar dari nilai-nilai budaya.
Sebanyak 19 desainer dinyatakan lolos sebagai nominasi. Dari jumlah tersebut, Sutrati Melisa Malik bersama tim diumumkan sebagai nominasi terbaik I.
Ketua Dekranasda Parigi Moutong, Hestiwati Nanga, menyampaikan bahwa motif yang masuk nominasi telah dipatenkan dan dapat digunakan sebagai batik khas Parigi Moutong. Ia juga mengungkapkan bahwa batik khas daerah tersebut telah memiliki nama resmi, yakni Bomba Saga Parigi Moutong.
Menurut Hestiwati, gagasan menggelar sayembara lahir dari kegelisahan karena Parigi Moutong selama ini belum memiliki motif khas daerah yang benar-benar merepresentasikan identitas lokal. Oleh karena itu, Dekranasda menggandeng akademisi dari Universitas Tadulako, termasuk ahli filsafat dan arsitek, sebelum melakukan penelusuran motif dan dialog bersama tokoh adat di seluruh wilayah Parigi Moutong.
Ia juga menaruh harapan agar sayembara dan launching motif budaya khas daerah tersebut menjadi awal penguatan identitas daerah sekaligus mendorong peningkatan daya saing produk kerajinan lokal.
“Dekranasda berkomitmen untuk terus bersinergi dengan pemerintah daerah, para perajin dan pelaku usaha agar motif khas daerah ini dapat dikembangkan secara berkelanjutan serta memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat.”
Dengan lahirnya motif Bomba Saga Parigi Moutong, Dekranasda berharap batik khas daerah tersebut tidak hanya menjadi identitas visual Kabupaten Parigi Moutong, tetapi juga mampu meningkatkan daya saing produk kerajinan lokal, menggerakkan ekonomi kreatif, serta menumbuhkan kebanggaan masyarakat terhadap warisan budayanya sendiri.*








