PARIGI MOUTONG-Praktek jual beli darah yang dilakukan sejumlah oknum masyarakat untuk kebutuhan pasien yang tengah dirawat di rumah sakit, kian marak. Tak tanggung-tanggung, darah yang sejatinya didonorkan untuk kegiatan kemanusian, dimanfaatkan untuk meraup keuntungan hingga ratusan ribu rupiah perkantongnya.
Berdasarkan informasi yang diperoleh, praktek jual beli darah ini sudah terjadi sejak beberapa tahun terakhir di Parigi Moutong. Untuk satu kantong darah, keluarga atau pasien harus merogoh duit Rp200 hingga Rp300 ribu kepada makelar atau perantara pendonor darah.
Menanggapi fenomena ini, Pembina BPW Orang Indonesia (Oi) Sulteng, Mohammad Fadli mengatakan, harus ada alternative untuk menepis transaksi tersebut, salah satunya kata dia yakni membentuk relawan pendonor.
“Untuk menepis adanya transaksi seperti itu, perlu upaya keras baik itu dari Palang Merah Indonesia (PMI) Parigi Moutong dan organisasi kemasyarakatan untuk membentuk relawan pendonor,” kata Fadli kepada Songulara, kemarin.
Transaksi jual beli darah ini katanya terjadi, karena terkadang stok darah yang ada di UTD Rumah Sakit Anuntaloko Parigi Moutong sedang kosong. Sehingga inilah yang kemudian dimanfaatkan sebagian oknum tanpa sepengatahuan pihak rumah sakit.
Makanya, harus terbangun kesadaran bersama selaku relawan pendonor yang bertujuan untuk memberi dukungan moral kepada masyarakat. Sehingga ketika membantu sesama, tidak perlu ada upaya untuk meminta balasan.
“Ini salah satu isu yang harus kita tanggap dengan pembentukan relawan pendonor. Dengan sendirinya, ketika ada yang membutuhkan darah, maka aksi donor yang dilakukan tidak lagi bersifat pamrih, tetapi merupakan sebuah panggilan kemanusiaan dan sukarelawan,” tuturnya.AKSA