PARIGI MOUTONG – Stunting atau sering disebut kerdil atau pendek adalah kondisi gagal tumbuh pada anak berusia dibawah 5 tahun (Balita) akibat kekurangan gizi kronis atau infeksi berulang. Sehingga pencegahan anak kerdil atau stunting dilakukan melalui perbaikan gizi, terutama diawali pada si ibu.
Ini disampaikan Bupati Parigi Moutong, diwakili Asisten Pemerintahan dan Kesra Sekretariat Daerah Parigi Moutong, Drs Samin Latandu, saat membuka Lokakarya Percepatan Penurunan Stunting tingkat Kabupaten Parigi Moutong, di Bappelitbangda Parigi Moutong, Senin (22/7).
Agar anak tidak stunting dari bayi katanya, harus diberikan makanan dan minuman yang bergizi, terutama ibunya yang menyusui selama 2 tahun. Pada fase umur 3 hingga 5 tahun, makanan bergizi harus dipertahankan agar tidak terjadi kerdil atau kekeurangan gizi pada anak.
Menurutnya, pencegahan stunting juga perlu dititik beratkan pada penanganan penyebab masalah gizi yang langsung maupun tidak langsung. Penyebab langsung mencakup kurangnya asupan gizi dan penyakit infeksi.
Sementara penyebab tidak langsung mencakup 4 faktor, yaitu Ketahanan Pangan (Akses Pangan Bergizi), Lingkungan Sosial (Pemberian Makanan Bayi, dan Anak, Kebersihan, Pendidikan dan Tempat Kerja), Lingkungan Kesehatan (Akses Pelayanan Preventif dan Kuratif) serta faktor keempat Lingkungan Pemukiman (Akses Air Bersih, Air Minum dan Sarana Sanitasi).
“Keempat faktor yang saya sebutkan tadi, jika diterapkan maka stunting bisa dikendalikan dan pasti menurun,” imbuhnya.
Berdasarkan kajian Bank Dunia dan Kementerian Kesehatan kata Bupati, bahwa pendekatan gizi yang terpadu dan konvergen yang mencakup semua layanan dasar sangat penting dilakukan untuk mencegah stunting dan masalah gizi. Sebagian besar ibu hamil dan anak berusia Dibawah Dua Tahun (Baduta) tidak memiliki akses memadai terhadap layanan dasar.
“Berdasarkan kajian, hanya 28,7 persen dari Baduta yang memiliki akses terhadap empat layanan dasar secara stimulan, umumnya mencakup akses terhadap akta kelahiran, air minum, sanitasi dan pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif. Lebih dari itu, hanya 0,1 dari ibu hamil dan Baduta. Olehnya, diperlukan upaya mendorong cakupan semua layanan dasar secara terpadu atau konvergen agar percepatan pencegahan stunting berhasil,” terangnya.