JAKARTA – Bupati Parigi Moutong, Erwin Burase, S.Kom, mendorong penguatan sektor perikanan budidaya sebagai penggerak ekonomi pesisir daerah. Langkah ini mendapat dukungan langsung dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dalam audiensi resmi yang berlangsung di Gedung Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya KKP, Selasa (21/10).
Dalam pertemuan tersebut, Bupati Erwin memaparkan potensi besar sekaligus berbagai kendala pengembangan udang vaname yang kini menjadi komoditas unggulan dan tumpuan ekonomi masyarakat pesisir Parigi Moutong.
“Kabupaten Parigi Moutong memiliki garis pantai terpanjang di Sulawesi Tengah, mencapai 510 kilometer. Produksi tambak udang vaname kami terbesar di provinsi ini, namun kontribusinya terhadap PAD belum maksimal karena ekspor masih dilakukan lewat Makassar,” ujar Bupati Erwin.
Bupati menjelaskan, terdapat delapan sentra tambak potensial yang siap dikembangkan menjadi kawasan industri perikanan terpadu. Namun, sejumlah tantangan masih dihadapi, mulai dari keterbatasan infrastruktur listrik, ketergantungan bahan baku dari luar daerah, hingga belum tersedianya laboratorium uji residu sebagai syarat utama ekspor berstandar internasional.
Ia juga menyoroti persoalan lahan eks HBU KKP di Tinombo Selatan seluas 500 hektare yang telah dikuasai masyarakat tanpa kepastian legalitas.
“Kami berharap dukungan penuh dari KKP agar lahan tersebut bisa dimanfaatkan secara legal dan produktif bagi masyarakat. Dengan tata kelola yang sesuai regulasi nasional, Parigi Moutong siap menjadi pengungkit ekonomi daerah sekaligus kontributor ketahanan pangan nasional,” tegasnya.
Menanggapi hal tersebut, Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP, Tb. Haeru Rahayu, menegaskan bahwa arah kebijakan KKP sejalan dengan Nawacita Presiden Republik Indonesia, yang menempatkan sektor perikanan sebagai pilar ketahanan pangan nasional dan pemerataan ekonomi maritim.
“Udang vaname adalah komoditas strategis nasional. KKP memastikan sistem produksi dan ekspor berjalan sesuai standar internasional, agar Indonesia tidak hanya kuat secara kuantitas, tetapi juga berdaya saing di pasar global,” ujar Tb. Haeru.
Ia menambahkan, tantangan ekspor global kini semakin ketat, terutama dari pasar Eropa yang menuntut pemenuhan standar keamanan pangan dan uji residu. Karena itu, KKP membuka peluang kolaborasi dengan pemerintah daerah untuk memperkuat laboratorium mutu di wilayah penghasil utama udang seperti Parigi Moutong.
“Meski dana dekonsentrasi kini tidak tersedia, KKP siap berkolaborasi agar proses uji laboratorium tetap berjalan. Kami ingin setiap daerah memiliki daya saing ekspor yang sehat,” imbuhnya.
Selain aspek teknis, Dirjen juga menekankan pentingnya sinkronisasi kebijakan pusat dan daerah agar investasi di sektor perikanan tidak menimbulkan distorsi kebijakan atau konflik kepentingan.
“Investasi yang produktif harus taat regulasi dan berpihak pada masyarakat pesisir. Peningkatan PAD harus berjalan beriring dengan keberlanjutan lingkungan,” tegas Tb. Haeru Rahayu.
KKP juga menilai Parigi Moutong memiliki potensi besar untuk menjadi kawasan prioritas dalam program strategis nasional di bidang budidaya udang tahun mendatang, jika kesiapan teknis dan kelembagaannya terus ditingkatkan.
“Kami akan pertimbangkan Parigi Moutong sebagai daerah prioritas di Sulawesi Tengah apabila seluruh syarat teknis dan tata kelola sudah terpenuhi,” ungkapnya.
Audiensi strategis ini turut dihadiri jajaran pejabat tinggi Ditjen Perikanan Budidaya KKP seperti Sekretaris Ditjen Tinggal Hermawan, Direktur Ikan Air Tawar Gemi Triastutik, Direktur Ikan Air Laut Ikhsan Kamil, Direktur Ikan Air Payau Fernando Jongguran, serta sejumlah pejabat teknis lainnya.
Dari pihak Pemerintah Kabupaten Parigi Moutong hadir Bupati Erwin Burase, Kadis Kelautan dan Perikanan Dr. Moh. Nasir, S.Pi, M.Si, Kepala Bapenda Moh. Yasir, SE, MM, Kabag Prokopim Sri Nur Rahma, S.Sos, M.Si, serta Plt. Kabag Kerjasama Rachmayani Rachman, SH.
Selain unsur pemerintah, audiensi juga dihadiri sejumlah pengusaha tambak udang asal Parigi Moutong, antara lain Rudi (PT. Parigi Akuakultura Prima), Ahmad Abdi Baramuli (PT. Esaputlii Prakarsa Utama), Karman Karim, SH (PT. Sinergi Usaha Makmur), Dr. Ir. Hasanuddin Atjo, MP (Ketua Tim Pakar Satgas Tambak Industri Udang Sulteng), dan Abdul Rivai (PT. Graha Tambak Pinotu).
Kehadiran para pelaku usaha ini mempertegas semangat kolaborasi antara pemerintah pusat, daerah dan sektor swasta dalam membangun ekosistem perikanan budidaya yang berdaya saing, berkelanjutan, dan berorientasi ekspor.
Melalui sinergi tersebut, Parigi Moutong semakin meneguhkan posisinya sebagai pusat produksi udang vaname terbesar di Sulawesi Tengah, sekaligus motor penggerak ekonomi pesisir dan pilar penting dalam ketahanan pangan nasional. *Bag. Prokopim Setda Parigi Moutong








Comments 2