PARIGI MOUTONG – Dalam rangka menurunkan angka stunting (kerdil) di Kabupaten Parigi Moutong, yang mencapai 34,4 persen, Dinas Kesehatan telah melakukan upaya dalam bentuk intervensi gizi spesifik.
“Intervensi gizi spesifik, merupakan patron yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat, untuk sektor kesehatan. Proses ini memberikan kontribusi 30 persen untuk pencegahan stunting,” jelas Kepala Dinas Kesehatan Parigi Moutong, dr Revi Tilaar, kepada SonguLara.com, di rujab bupati, belum lama ini.
Menurut Revi, intervensi gizi spesifik ini merupakan intervensi yang ditujukan kepada anak dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Dikatakannya, kerangka kegiatan intervensi gizi spesifik umumnya dilakukan pada sektor kesehatan. Intervensi ini juga bersifat jangka pendek dimana hasilnya dapat dicatat dalam waktu relatif pendek.
“Intervensi gizi spesifik dapat dibagi menjadi beberapa intervensi utama yang dimulai dari masa kehamilan ibu hingga melahirkan.
Untuk sasaran ibu hamil, intervensi ini meliputi kegiatan memberikan makanan tambahan (PMT) pada ibu hamil untuk mengatasi kekurangan energi dan protein kronis, mengatasi kekurangan zat besi dan asam folat, mengatasi kekurangan iodium, menanggulangi cacingan pada ibu hamil serta melindungi ibu hamil dari malaria.
Ada juga intervensi gizi spesifik dengan sasaran Ibu menyusui dan anak usia 0 sampai 6 bulan. Intervensi ini dilakukan melalui beberapa kegiatan yang mendorong inisiasi menyusui dini (IMD), terutama melalui pemberian ASI jolong atau colostrum serta mendorong pemberian ASI eksklusif,” urainya.
Selanjutnya kata Revi, ada juga Intervensi gizi spesifik dengan sasaran Ibu menyusui dan anak usia 7 sampai 23 bulan. Intervensi ini kata Revi, meliputi kegiatan untuk mendorong penerusan pemberian ASI hingga bayi berusia 23 bulan. “Setelah bayi berusia diatas 6 bulan didampingi oleh pemberian MP-ASI, menyediakan obat cacing, menyediakan suplementasi zink, melakukan fortifikasi zat besi ke dalam makanan, memberikan perlindungan terhadap malaria, memberikan imunisasi lengkap, serta melakukan pencegahan dan pengobatan diare,” lanjutnya.
Kembali dijelaskan Revi, sektor lain berkrontibusi 70 persen terhadap intervensi stunting. Hal itu kata dia, meliputi penyediaan dan memastikan akses terhadap air bersih, penyediaan akses terhadap sanitasi, fortifikasi bahan pangan, menyediakan akses kepada layanan kesehatan dan Keluarga Berencana (KB), menyediakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), Menyediakan Jaminan Persalinan Universal (Jampersal), memberikan pendidikan pengasuhan pada orang tua, memberikan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), memberikan pendidikan gizi masyarakat, memberikan edukasi kesehatan seksual dan reproduksi serta gizi pada remaja, menyediakan bantuan dan jaminan sosial bagi keluarga miskin serta meningkatkan ketahanan pangan dan gizi.
“Olehnya penurunan angka stunting, bukan hanya tanggung jawab sektor kesehatan semata,” tandas Revi.