Mau dibawa kemana kesenian dan kebudayaan Kabupaten Parigi Moutong ? Saya mendapat sebuah realitas yang miris dari seorang pengajar di salah satu sekolah menengah atas yang berlokasi di kota Parigi sebagai berikut : “Bang…” demikian beliau menyapa saya dengan sebutan abang, mungkin karena saya memang agak lebih tua dibanding dengan beliau. “Anak-anak didik saya sama sekali tidak mengenali lagi seni-budayanya sendiri” katanya pada suatu hari. Nike Air Max 2016 Dame “Iya bang, siswa di tempat saya mengajar tidak lagi mengenal, bahkan tidak tahu sama sekali apa itu lalove, kakula, gimba, dade ndate, raego, vunja, vaino dan lain-lain, pusing saya bang, sepertinya ada yang salah dengan sistem pendidikan kita di sini ini,…dan seterusnya, dan seterusnya”. Nike Air Max 90 Heren Saya kaget dan miris dengan realitas yang seperti itu. Lantas apa yang telah dilakukan oleh dinas terkait dengan kondisi yang seperti ini ? apa yang dilakukan oleh pemerintah daerah selama kurang lebih lima belas tahun ? Sampai-sampai anak negerinya menjadi asing dengan seni-budayanya sendiri. Apa yang dilakukan oleh para pendidiknya di sekolah-sekolah ? Dimana karakter daerah ini ? berbagai macam pertanyaan berkecamuk di dalam benak saya yang butuh segera jawaban konkrit. Sementara itu, saya terlalu asyik sendiri dengan segala macam kegiatan di unit kegiatan mahasiswa di kampus, sehingga saya melupakan adik-adik yang masih duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP) maupun menengah atas (SMA, SMK & MA) baik yang swasta maupun yang negeri. Saya tidak akan tahu realitas di lapangan, jika tidak salah seorang kawan saya yang memberitahu tentang hal di atas. Lantas untuk apa kucuran dana BOS yang jumlahnya sekian-sekian per siswa itu ? Apakah hanya untuk pembangunan fisik yang berupa gedung-gedung kelas yang baru, atau untuk operasional yang lain, saya sama sekali tidak tahu tentang hal itu, karena itu memang bukan hak dan wewenang saya. Nike Air Max LUNAR90 C3.0 Heren Baik, kita kembali ke minimnya pengetahuan siswa tentang wawasan seni-budaya lokal. Ketika STIE Parigi melaksanakan lomba baca puisi tingkat kabupaten untuk yang ke-tiga kalinya, minat siswa cenderung meningkat, kegiatan yang bertujuan untuk memperkenalkan dan mencintai karya-karya kesusasteraan tersebut secara kualitas berpotensi dan diapresiasi positif oleh siswa dan guru seni-budayanya. Nike Air Presto Schoenen Dame Goedkoop Bahkan saya menemukan ada salah satu sekolah yang mengikuti kegiatan tersebut di atas, sudah mempunyai perkumpulan puisi (Poetry Club) saya sempat terheran-heran, bagaimana mungkin sekolah yang notabene berada di pinggiran kabupaten Parigi Moutong itu, namun sudah berpikiran maju seperti itu, sementara yang berada di dalam kota yang seharusnya berpikiran lebih maju, namun tidak memperbolehlan siswanya sama sekali untuk mengikuti kegiatan positif seperti di atas. Nike Roshe Run Goedkoop Inilah sikap yang sangat mungkin menghambat kreatifitas siswa dalam mengekspresikan rasa seni mereka, yang tidak menutup kemungkinan untuk mendorong siswa melalukan tindakan-tindakan negatif. Nieuwe Nike Air Max 2015 Heren Bukankah sekolah itu selayaknya menjadi “taman” sebagai tempat bermain yang nyaman dan menyenangkan bagi siswa? (Ki Hajar Dewantara) Di antara para siswa tersebut sempat mengadu kepada saya, dengan mata berkaca-kaca menceritakan kejadian yang menimpa mereka. Ya, mereka dilarang tampil (performs) setelah mereka melakukan proses latihan selama berhari-hari, hanya karena sebuah alasan yang sepele dan tidak masuk di logika kepala seusia mereka. Saya hanya bisa membuat mereka mengerti dengan sedikit nasehat-nasehat yang bersifat menghibur serta berusaha membesarkan hati mereka, meskipun kejadian seperti itu sering terjadi berulang kali. Di sinilah, sepertinya sebuah isyarat bahwa Kabupaten Parigi Moutong butuh yang namanya sebuah lembaga kesenian yang bisa menjadi wadah untuk menampung aspirasi seni-budaya, bukankah belajar bisa di mana saja, termasuk belajar seni-budaya bisa di mana saja dan tidak harus di sekolah, karena mungkin masih sedikit guru seni-budaya yang paham tentang kearifan lokal (local genius), agar kelak generasi muda dapat bersandar sekaligus mengekspresikan karya-karya terbaik mereka yang berpijak pada bumi pertiwi. Saya khawatir apabila anak-anak muda calon penerus generasi kita akan menjadi minder alias tidak percaya diri, karena sudah terbiasa tidak menerima kemerdekaan. Yang lebih mengkhawatirkan lagi apa bila segala potensi yang dimiliki oleh mereka padam sebelum menyala, layu sebelum berkembang. Apalah artinya sekian rupiah, jika dibanding jiwa generasi muda itu akan “kerdil” tanpa karya di kemudian hari, tentu kita tidak menginginkan mereka menjadi nakal dan kriminal, lalu mereka masuk rumah sakit jiwa, karena pikiran mereka sakit. Semoga generasi muda Parigi Moutong merdeka dalam berkarya, semoga…