Tak sedikit yang menilai skeptis bahkan sinis terhadap gebrakan Bupati Samsurizal Tombolotutu untuk memecahkan rekor MURI melalui bakar Lalampa Toboli terbanyak pada puncak pelaksanaan Festival Pesona Teluk Tomini di eks lokasi Sail Tomini, Pantai Kayubura Desa Pelawa Baru, Kecamatan Parigi Tengah, 17 – 22 Oktober 2016.
Samsurizal dianggap lebay (berlebihan) karena melaksanakan sebuah hajatan yang tidak penting. Padahal jika ditelisik, maksud dan tujuan Samsurizal Tombolotutu untuk melaksanakan even membakar Lalampa Terbanyak, bukan sekadar memecahkan rekor MURI. Dibalik itu, ada poin penting dari pelaksanaan even tersebut yaitu promosi Lalampa Toboli ke tingkat masyakarat lebih luas, bukan hanya di Kabupaten Parigi Moutong atau Provinsi Sulawesi Tengah, tapi seluruh nusantara bahkan mancanegara.
Memang Lalampa Toboli yang merupakan salah satu ikon Kabupaten Parigi Moutong ini sudah cukup dikenal di Sulaw
esi Tengah, namun Bupati Samsurizal berpandangan, memecahkan rekor MURI menjadi salah satu sarana efektif untuk lebih mengenalkan lebih luas Lalampa Toboli sekaligus menegaskan bahwa Lalampa Toboli ada di Kabupaten Parigi Moutong.
Maka, terlepas dari penilaian skeptis dan sinis dari kalangan tertentu, niat Bupati Samsurizal Tombolotutu untuk menggaungkan Lalampa Tomboli patut diapresiasi. Sebab, kegiatan ini akan memberikan efek positif bagi masyarakat Toboli khususnya mereka yang menjual Lalampa. Jika saat ini, pengunjung warung penjual Lalampa Toboli sudah mencapai puluhan orang setiap hari, maka setelah even ini, diyakini jumlah pengunjungnya jauh lebih banyak. Dampaknya tentu pendapatan penjual Lalampa Toboli lebih meningkat.
Disisi lain, kegiatan membakar Lalampa Toboli terbanyak ini akan menarik karena peserta yang terlibat kurang lebih 3000 orang yang berasal dari 278 desa dan lima Kelurahan di Kabupaten Parigi Moutong. Apalagi panitia sudah mengundang wisatawan domestik dan mancanegara untuk menyaksikan kegiatan itu.***