PARIGI MOUTONG- Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Parigi Moutong, dr. Revi Tilaar mengatakan, salah satu cara mencegah stunting adalah pemenuhan gizi dan pelayanan kesehatan kepada ibu hamil.
Upaya ini menurut Revi, sangat diperlukan, mengingat stunting akan berpengaruh terhadap tingkat kecerdasan anak dan status kesehatan pada saat dewasa. Akibat kekurangan gizi pada 1000 HPK bersifat permanen dan sulit diperbaiki.
Revi mengatakan, pemerintah telah berupaya melakukan advokasi tingkat tinggi yang berkelanjutan dan kabar baiknya adalah bahwa saat ini gizi menjadi salah satu prioritas nasional.
Pendekatan multi-sektor kata Revi, juga terus dilakukan melalui program gizi sensitif yang dilaksanakan secara simultan termasuk pembelajaran dari berbagai program sebelumnya yang sangat berhasil seperti Posyandu, PKH, PNPM Generasi, Pamsimas, mendorong penerapan pembayaran kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), untuk memperbaiki layanan gizi, dan mendorong Dana Desa untuk merevitalisasi program gizi masyarakat.
Namun penanggulangan stunting kata Revi, bukan hanya tanggung jawab pemerintah, melainkan semua pihak, setiap keluarga Indonesia. Mengingat, dalam jangka panjang, stunting berdampak buruk tidak hanya terhadap tumbuh kembang anak tetapi juga terhadap perkembangan emosi yang berakibat pada kerugian ekonomi, baik skala mikro semata dalam keluarga maupun skala makro.
“Karena itu upaya percepatan perbaikan gizi membutuhkan komitmen kuat dari berbagai pihak, baik dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah, lembaga sosial kemasyarakatan dan keagamaan, akademisi, organisasi profesi, media massa, dunia usaha/mitra pembangunan, dan masyarakat secara keseluruhan,” ujarnya.

Ia mengharapkan, kerjasama ini berhasil mencapai satu tujuan utama yaitu perbaikan generasi masa depan yang sehat dan produktif dan memiliki daya saing. Dimulai dari pemenuhan gizi yang baik selama 1000 HPK anak hingga menjaga lingkungan agar tetap bersih dan sehat.
Menurutnya, dalam penanganan stunting dikenal istilah 5 pilar, diantara, komitmen dan visi pemimpin tertinggi negara, kampanye nasional berfokus pada pemahaman, perubahan perilaku, komitmen politik, dan akuntabilitas serta koordinasi, dan konsolidasi program nasional, daerah dan masyarakat.
Ia menjelaskan, penanganan stunting merupakan prioritas pembangunan nasional yang menjadi salah satu Indikator Ouput dalam Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2015 – 2019.
Ia mengatakan, upaya penanganan stunting yang sudah menjadi prioritas nasional sangat memungkinkan bagi desa untuk menyusun kegiatankegiatan penanganan stunting berskala desa.
Menurut dia, dengan adanya Dana Desa yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang bersumber Dari APBN, Desa dapat memanfaatkan dana ini untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah, pembangunan, pemberdayaan masyarakat dan kemasyarakatan melalui mekanisme perencanaan desa.
Rujukan Belanja Desa untuk penanganan stunting sebutnya, diperkuat dengan telah dikeluarkannya Peraturan Kementerian Desa dan PDTT No. 19 Tahun 2017 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa. Penangan stunting dilakukan dengan intervensi spesifik dan sensitif. Intervensi spesifik dilakukan pada sasaran ibu hamil dan anak pada 1.000 hari pertama kelahiran. Sedangkan sasaran intervensi sensitif adalah masyarakat umum yang ditujukan melalui berbagai kegiatan pembangunan di luar.
Ia mengungkapkan bahwa Presiden telah menegaskan bahwa pemerintah ingin menggerakkan secara besar-besaran Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) melalui Pelayanan 5 Meja Posyandu yang ada di daerah daerah. Pemerintah juga akan mengoptimalkan kampanye, baik timbang anak, masalah gizi, dan yang berkaitan dengan kesehatan bayi. Pelayanan 5 Meja Posyandu terdiri dari meja pendaftaran, meja penimbangan dan pengukuran tinggi atau panjang badan, meja pencatatan hasil, meja penyuluhan dan pelayanan gizi bagi Balita, ibu hamil, dan ibu menyusui, serta meja pelayanan kesehatan (pemeriksaan kesehatan dan pemberian obat cacing).
Presiden kata dia, juga meminta kegiatan Posyandu melalui kader Tim PKK terus digiatkan khususnya untuk memberikan edukasi serta mendukung pemberian gizi bagi anak-anak. “Secara rutin, setidaknya sebulan dua kali, diharapkan anak-anak tersebut juga ditimbang untuk mengetahui kenaikan berat badan, sehingga kondisi stunting dapat terdeteksi lebih dini,” ujarnya. FAIZ