PARIGI – Pemkab Parigi Moutong menggelar Lokakarya I aksi pertama analisis situasi stunting Parigi Moutong, di aula kantor Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan (Bappelitbangda) Parigi Moutong, Kamis (12/11).
Kepala Bidang Sosial Budaya Bapelitbangda, Abdul Sahid melaporkan, kegiatan penurunan angka stunting diseluruh wilayah kabupaten seluruh Indonesia harus melaksanakan delapan aksi yaitu analisis situasi, rencana kegiatan, rembuk stunting, peraturan bupati/wali kota tentang peran desa, pembinaan KPM, sistem manajemen data, pengukuran pertumbuhan dan perkembangan anak balita dan publikasi angka stunting serta review kinerja tahunan.
“Untuk lokakarya I aksi pertama ini dilaksanakan yaitu masuk dalam tahapan aksi anilisis situasi untuk pada tahun 2021,” kata Sahid.
Menurutnya, pada aksi pertama untuk kinerja tahun 2021 dititik beratkan pada identifikasi penyebaran stunting, ketersediaan program dan kendala dalam pelaksanaan integrasi interfensi gizi dimasyarakat dan dalam aksi kedua semua OPD, puskesmas dan para bidan desa nantinya akan menyusun rencana kegiatan meningkatkan pelaksanaan integrasi interfensi gizi dimasyarakat dengan bekerja sama dari Tim Kesmas Untad.
“Dari hasil aksi satu dan dua tim Kesmas akan mengeluarkan rekomendasi atas kendala kendala yang di dapatkan untuk menjadi dasar setiap OPD terkait untuk membuat program dari penanganan stunting”.
Sahid menambahkan, berdasarkan surat Mendagri bahwa Parigi Moutong ditunjuk untuk mewakili Sulteng untuk pelaksanaan workshop stunting di Ambon pada tanggal 17-20 November 2020, sekaligus dipercayakan untuk memamerkan semua program stunting.
“Dengan kepercayaan tersebut, saya yakin bahwa Parigi Moutong adalah salah satu daerah di Sulteng yang berhasil dalam penurunan angka stunting sampai pada tahun 2022,”.
Sementara, Sekab Parigi Moutong, Ardi Kadir dalam sambutannya menyambut baik pelaksanaan kegiatan dalam rangka memperkuat dan merealisasikan komitmen Pemkab dalam upaya pencegahan dan penanggulangan stunting di Parigi Moutong.
Percepatan penurunan stunting sebagai kegiatan prioritas daerah sejatinya menjadi momentum strategis untuk menata kembali penyelenggaraan pelayanan dasar, khususnya yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan ibu dan anak, konseling gizi terpadu, air minum dan sanitasi, pendidikan anak usia dini, dan perlindungan sosial, agar lebih terpadu dan tepat sasaran.
Analisis situasi adalah proses untuk mengidentifikasi sebaran prevalensi stunting dalam wilayah kabupaten, situasi ketersediaan program, dan praktik manajemen layanan, analisis situasi dilakukan untuk memahami permasalahan dalam integrasi intervensi gizi spesifik dan sensitif pada sasaran rumah tangga 1.000 hari pertama kehidupan (hpk).
“Hasil analisis situasi ini merupakan dasar perumusan rekomendasi kegiatan yang harus dilakukan untuk meningkatkan integrasi intervensi gizi bagi rumah tangga 1.000 hari pertama dengan tujuan untuk membantu pemerintah kabupaten dalam menentukan program atau kegiatan yang diprioritaskan alokasinya dan menentukan upaya perbaikan manajemen layanan,” terangnya.