PARIGI MOUTONG – Panen perdana Jagung Hibrida Bima 19 URI milik kelompok Karya Tani Desa Pelawa Kecamatan Parigi Tengah, hasilnya mencapai 10 ton.
“Melalui Dinas Pertanian Kabupaten, 10 ton ini akan kita ambil semuanya untuk dijadikan benih dan dibagikan kepada petani,” ujar Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan (TPHP) Parigi Moutong, Nelson Metubun kepada sejumlah wartawan usai kegiatan panen perdana, Selasa (3/4).
Dari hasil 10 ton panen tersebut kata Nelson, jika dibagikan kepada petani untuk dibudidayakan, hasilnya bisa mencapai luas lahan 666 hektar dari 4 hektar yang saat ini sedang di panen.
“Keuntungannya, 666 hektar ini jika dikali Rp50 ribu, kita sudah untung Rp3 milyar,” kata Nelson.
Selama ini kata Nelson, pembudidayaan jagung terkendala dengan benih yang sulit didapatkan meskipun benih itu harganya terbilang mahal.
Tahun ini kata Nelson, Pemkab Parigi Moutong melalui Dinas TPHP bekerjasama dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulteng membuat penangkarang jagung hibrida.
Awalnya, luas rencana penaangkaran jagung tersebut di Desa pelawa seluas dua hektar, namun karena antusiasme masyarakat setempat sangat tinggi, pihaknya dialokasikan tambahan areal seluas empat hektar.
“Ketua kelompok tani tadi melaporkan kepada saya, tahun depan untuk penanaman berikutnya hampir 20 hektar bisa dalam lokasi ini. Sesuai dengan laporan mereka kepada saya potensi lahannya 17 hektar yang sehamparan. Jadi jika bisa ditambah dari 4 ke 20 hektar, untuk program nasional soal kemandirian benih, Parigi Moutong nantinya tidak perlu mendatangkan benih dari luar,” jelasnya.
Ia menambahkan, dalam menghitung panen tersebut pihaknya mengundang Badan Pusat Statistik (BPS) Parigi Moutong. Sebab, BPS merupakan pihak yang berkompeten dalam menghitung hasil panen.
Berdasarkan hasil panen ini, pihaknya memperoleh dua hal. Pertama, jika dihitung produksi total perhektar mendapat sebanyak 8 ton, namun karena hasil panen tersebut ingin dijadikan benih, setelah dihitung kembali hasilnya mencapai 10 ton. AKSA