PARIGI MOUTONG – Kabupaten Parigi Moutong bulan Agustus mendatang akan menjadi salah satu daerah di Indonesia yang didaulat sebagai tempat pelaksanaan event Nasional bertajuk Festival Indonesiana.
Sebagai pra kegiatan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Kabupaten Parigi Moutong bekerjasama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI menggelar Mogombo Budaya di aula lantai dua Kantor Bupati, Selasa (15/5). Kegiatan yang berlangsung sehari itu dibuka Pjs Bupati Parigi Moutong, Muhamad Nadir.
Kegiatan ini cukup menarik perhatian tamu yang hadir, karena berbeda dari biasanya. Aula lantai dua kantor Bupati yang biasanya dipenuhi kursi, pada saat acara ini berlangsung terlihat lebih indah karena dihiasi ornamen kain berwarna warni. Tamu yang hadirpun duduk bersila, hampir semuanya menggunakan pakaian adat dan bersiga.
Kegiatan ini juga dirangkaikan dengan Launching Inovasi Sistem Informasi Cagar Budaya (Siga Raya) yang digagas Kabid Kebudayaan, F Eny Susilowati, serta penguatan Pojok Literasi Budaya (Polibu), yang digagas Kepala Seksi Nilai Tradisi dan Budaya, Sri Nur Rahma.
Kepala Sub Bidang Diplomasi Budaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Yayu Sribudi Rahayu mengatakan, Kabupaten Parigi Moutong patut berbangga, karena dari seluruh Indonesia hanya ada sembilan daerah yang terpilih menjadi tempat pelaksanaan kegiatan yang akan dihadiri sejumlah negara.
“Selamat untuk Parigi Moutong karena telah menjadi bagian dari kegiatan Indonesiana yang akan kami laksanakan tanggal 13-17 Agustus mendatang,” ujar Yayu.
Yayu memberikan apresiasi kepada Dikbud Parigi Moutong yang telah ikut mendukung menyukseskan persiapan Festival Indonesiana dengan kegiatan Mogombo. Kegiatan Mogombo katanya sarat dengan nilai budaya sehingga perlu dilestarikan. Melalui nilai budaya yang terkandung dalam Mogombo tersebut diharapkan dapat membentuk kesepakatan bersama dalam rangka melestarikan kebudayaan di Parigi Moutong.
“Unesco mencatat, Indonesia merupakan super power kebudayaan yang tidak dimiliki negara lain. Untuk itu, budaya harus dilestarikan melalui tangan kreatif anak-anak muda. Potensi yang miliki Parigi Moutong sangat luar biasa,” tandasnya.
Direktur Warisan dan Diplomasi Budaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Nadjamuddin Ramly, yang ikut hadir pada kesempatan itu juga memberikan apresiasi kepada Dikbud Parigi Moutong yang telah menggagas kegiatan Mogombo.
Menurutnya, kegiatan ini sangat sejalan dengan nilai-nilai pancasila, yaitu bagaimana bermusyawarah untuk memutuskan sesuatu yang berkaitan dengan kebudayaan dan adat istiadat. Dia mengusulkan dalam rangka melestarikan nilai budaya di Parigi Moutong, perlu dibangun Kataba Magau sebagai tempat para Magau dan Patanggota bermusyawarah. Kataba Magau juga bisa berfungsi sebagai tempat pelestarian budaya.
“Kataba Magau ini kedepan harus didorong dan didukung oleh bupati terpilih. Sehingga para Magau dan Patanggota memiliki tempat, mereka harus diberikan peran dalam memutuskan apa saja yang berkaitan dengan adat istiadat. Jangan hanya diundang di acara-acara seremonial dan diberikan tempat duduk didepan, tapi harus ada perannya,” ujarnya.
Jika Patanggota ini berperan, maka hukum adat bisa berjalan di Parigi Moutong dan tentunya dilembagakan melalui Peraturan Daerah.
“Jadi kalau ada yang melanggar hukum adat, misalnya sepasang muda-mudi berdua duaan di tempat gelap dan melakukan hal yang berlebihan, itu bisa digivu (denda) melalui hukum adat. Polisi tidak perlu lagi melakukan hukum verbal, mereka tinggal mengawal saja,” tandasnya.
Najamuddin meminta Pemkab Parigi Moutong melalui Dikbud memprogramkan hal ini. “Masukan dalam perencanaan di Bappeda, bicarakan baik-baik dengan DPRD. Insya Allah tahun depan sudah goal, nanti kami dari Kementerian berikan pancingan peletakan batu pertamanya,” ujarnya.
Sementara, Pjs Bupati Parigi Moutong, Muhamad Nadir mengatakan, sebagai pemerintah daerah, dia menyetujui rencana tersebut. Sayangnya kata Nadir, ia hanya Pjs Bupati yang bertugas memimpin Parigi Moutong hingga 23 Juni mendatang.
“Kalau saya Bupati definitif, saya pasti akan dukung program ini, tapi tanggal 23 Juni sudah selesai jabatan saya sebagai Pjs,” katanya.
Nadir berharap kegiatan pelestarian budaya di Parigi Moutong terus berkelanjutan, sehingga nilai-nilai budaya yang mengakar di tengah masyarakat bisa terus terjaga. HUMAS PEMKAB