PARIGI MOUTONG-Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Parigi Moutong berencana akan mengadopsi teknologi budidaya udang supra intensif skala rakyat yang diluncurkan DKP Sulawesi Tengah.
“Teknologi ini akan diuji coba diseluruh daerah di Sulawesi Tengah termasuk Parigi Moutong. Kedepan teknologi ini akan kita adopsi untuk masyarakat,” kata Kepala DKP Parigi Moutong, Sabaruddin Kilis, Selasa (27/3).
Dia mengatakan, pola budidaya menggunakan kolam plastik ini dinilai investasinya lebih hemat biaya dibanding menggunakan tambak dan kolam beton. Teknologi yang dirilis DKP Sulteng ini sangat cocok diadopsi untuk masyarakat.
Selain biayanya kecil, juga sangat cocok diimplementasikan oleh pelaku usaha kecil dan menengah di Parigi Moutong. Karena konsutruksinya sangat sederhana dan tidak membutuhkan lahan yang luas, bisa diterapkan dihalaman rumah dan sangat memberikan peluang usaha bagi masyarakat.
Dijelaskannya, dari sekitar 10.816 hentar tambak yang ada, baru sekitar 3 ribu hektar lebih terkelolah dengan baik. Budidaya udang maupun ikan bandeng menggunakan sistem tambak memang mebutuhkan anggaran yang cukup besar.
Sejauh, petambak Parigi Moutong masih menggunakan pola tersebut, dimana sebagaian besar petambak ini memiliki lahan yang cukup luas dan tidak semua masyarakat memiliki lahan luas.
Sehingga alternatif membuka peluang usaha bagi masyarakat lewat penggunaan metode budidaya udang supra intensif skala rakyat. Pola tersebut relatif lebih murah dengan biaya investasi hanya sekitar Rp20 juta perpetak. Setiap petak kolam memiliki kapasitas patmpung air 50 ton dengan biaya operasional ditaksir hanya sekitarRp 12 juta perpetak .
“Sekali panen bisa sampai 300 kilogram udang vaname perkolam dan dalam setahun panen udang bisa sampai tiga kali. Ini coba kita terapkan selain untuk budidaya udang mungkin budidaya ikan bandeng mengunakan pola ini juga kedepan,” pungkasnya.AKSA