PARIGI MOUTONG- Meskipun masih di bawah Kota Palu, namun angka Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA), di Kabupaten Parigi, sudah sangat mengkhawatirkan. Olehnya, penanggulangan HIV dan AIDS perlu kerja keras lagi. Demikian kekhawatiran salah satu anggota Pokja Komisi Penanggulan AIDS (KPA) Kabupaten Parigi Moutong, Devi Arrini Uga SKM.
Kata Devi, Penanggulagan HIV/AIDS tidak hanya menjadi tanggung jawab dinas kesehatan saja, akan tetapi menjadi tanggung jawab semua OPD dan stake holder lainnya. Devi sapaaan akrabnya membeberkan, tiga tahun terakhir data kasus yang dihimpun Dinas Kesehatan Kabupaten Parigi Moutong, bahwa yang tertinggi di Kabupaten Parigi Moutong adalah kasus AIDS, dibanding mereka yang positif HIV.
“Sudah tiga tahun terakhir data kasus yang kita himpun masih lebih banyak penderita AIDS ketimbang mereka yang positif HIV,”ungkap Devi, Rabu (31/7).
Lebih lanjut kata Devi, berdasarkan rilis data Dinas Kesehatan Kabupaten Parigi Moutong, pada kurun waktu tiga tahun terakhir, yakni pada tahun 2016, penderita HIV berjumlah 11 orang, sedangkan mereka yang mengidap AIDS, berjumlah delapan orang. Sedangkan pada tahun 2017, pengidap AIDS naik menjadi 13 orang , sedangkan positif HIV sebesar tujuh orang. Pada tahun 2018, angka pengidap AIDS naik menjadi 15, sedangkan penderita HIV, justru turun sisa empat orang.
Devi yang juga menjabat sebagai Kasi Kefarmasian Dinkes Parigi Moutong itu, mengeluhkan sikap tertutup mereka yang tertular virus HIV dan mereka hang telah menderita AIDS.
” Ada kesan para ODHA, hanya ‘terima bola’ bukan ‘jemput bola’, setelah masuk rumah sakit, baru mereka bisa didentifikasi,” keluh Devi.
Parahknya lagi kata Devi, pemeriksaan HIV/AIDS, tidak bisa ‘dipaksakan’ seperti tes narkoba. Melainkan berdasarkan inisiatif sendiri atau sukarela.
” Melalui pemeriksaan darah yang disebut Voluntary Counselling and Testing atu VCT . Seseorang dapat diketahui postif HIV atau mengidap penyakit mematikan AIDS,” tandas Devi.