PARIGI MOUTONG – Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, yang memiliki garis pantai sepanjang kurang lebih 472 kilo meter, banyak menyimpan keindahan bawah lautnya yang tak kalah menarik dengan daerah lainnya.
Selain memiliki hasil laut yang melimpah, perairan laut Teluk Tomini juga menyimpan aneka ragam terumbu karang yang tidak dimiliki daerah lainnya.
Wajar, jika perairan laut Teluk Tomini sering kali dikunjungi wisatawan asing yang datang untuk menyelam sebelum masa pandemi COVID-19 melanda seluruh daerah di Indonesia.
Menurut seorang pemandu wisata Diving Parigi Moutong, Suwitno, yang akrab disapa Eki, ada sebanyak 11 spot penyelaman primadona yang sangat disukai wisatawan, baik dari dalam maupun luar negeri.
Pertama, spot Diving yang terletak di sekitaran Pulau Makakata Parigi sebanyak tiga titik lokasi penyelaman, yang biasa dikenal warga sekitar dengan sebutan “Enjer”.
Berikutnya spot Diving di perairan laut Desa Avolua, Kecamatan Parigi Utara yang terdapat sebanyak tiga titik lokasi penyelaman.
Selain itu, spot Diving di Desa Uevolo, Kecamatan Siniu, memiliki sebanyak lima titik lokasi penyelaman yang dikenal dengan Feasibility Underwater atau jarak pandang yang mencapai 5-6 meter karena kejernihan air lautnya.
Bahkan, di spot tersebut, juga dikenal dengan terumbu karang jenis Ros Corral. Begitu pula dengan spot Diving di perairan laut Kecamatan Ampibabo yang dikenal dengan Feasibility Underwater.
Terakhir, spot Diving di perairan laut Desa Tolole, Kecamatan Ampibabo.
Namun, masih banyak spot Diving lainnya di Parigi Moutong yang tak kalah menarik untuk dikunjungi, diantaranya perairan laut Desa Malakosa, Kecamatan Balinggi dan Sausu Tambu, Kecamatan Sausu.
Hanya saja, berdasarkan Log atau pengalamannya Diving sejak tahun 2005, ketika mendampingi wisatawan asing dari beberapa negara seperti Jerman, Perancis, dan Thailand, lebih sering melakukan penyelaman di perairan laut Desa Uevolo dan Ampibabo.
Dia menjelaskan, tipe bawah laut Parigi Moutong lebih identik dengan terumbu karang jenis Spons atau karang lunak dan beberapa jenis lainnya seperti Salvador. Sedangkan bawah laut Parigi Moutong lebih kepada bentuk Wall atau dinding layaknya tebing.
Ditanya soal kesan dari wisatawan asing yang didampingi usai melakukan penyelaman, mereka merasa kagum dengan keindahan bawah laut Parigi Moutong, karena keasriannya yang harus terus dijaga.
Namun, ada pula beberapa spot yang kondisi karangnya ambruk pasca gempa 28 September 2018.
Hanya saja, menurut para wisatawan asing yang didampinginya saat berkunjung dibeberapa tempat, mereka tak suka dengan kondisi pantai yang masih banyak terdapat sampah.
“Persoalan sampah menurut wisatawan asing sangat mendasar, karena merusak keindahan dan ekosistim bawah laut,” ujar Eki, yang juga sebagai anggota Parimo Diving Club (PDC). *Roy Lasakka/Jurnal Lentera
Comments 0